Berita IT

Thursday, January 15, 2009

Mito, Hanya 'Meraba' Pasar PDA

Meski mengaku ingin merambah pasar PDA, vendor ponsel merek Mito mengaku tidak memiliki data pasti mengetahui segmentasi PDA di Indonesia.

"Segmen ini banyak berasal dari komunitas. Tentang berapa dan bagaimana cara menggarapnya nanti dilihat sambil jalan," ujar Marketing Manager Mito Mobile Shirley Imanata, usai peluncuran PDA Mito di Jakarta, Selasa (13/1/2008) kemarin.

Rupanya, importir tersebut tidak mengetahui sama sekali tentang spesifikasi segmen PDA di Indonesia. Namun ketidaktahuan mereka ini tidak menyurutkan langkah mereka untuk meluncurkan ponsel PDA, yang diklaim pertama di Indonesia, yaitu Mito 9000 Power Duo, dual on GSM dengan sistim operasi Windows Mobile 6.0.

"Ini memang salah satu upaya kami menaikkan gengsi ponsel merek lokal. Selama ini kan anggapannya kita hanya mampu menawarkan ponsel untuk segmen menengah bawah. Sekarang kita langsung main di kelas atas," ujar Shirley.

Sayangnya, pernyataan Shirley ini tidak sesuai dengan pernyataan sebelumnya. Seharusnya, jika Mito memang sangat antusias untuk menggarap pasar ini, mereka bisa memperkuat analisis dengan beberapa data agar bisa mengenali segmen yang mereka tuju. Jika benar Mito tidak mengetahui data segmen yang dimaksud maka sama halnya dengan berjalan di terowongan gelap, hanya bisa meraba.

Apalagi, Mito mencoba menekankan merek yang mereka usung sebagai ponsel merek lokal. Padahal kebanyakan ponsel-ponsel merek lokal didatangkan dari negeri China. Sedangkan Indonesia hanya kebagian tempat sebagai penempel merek, tentunya dengan penambahan layanan purna jual, agar lebih meyakinkan. Padahal layanan purna jual ini pula yang patut dipertanyakan, karena kebanyakan ponsel China tidak menyediakan piranti cadangan yang mumpuni. Bahkan cenderung mengganti ponsel dengan yang baru.

Namun begitu, Shirley tetap meyakinkan keseriusan Mito di pasar ini. Bahkan mereka mengaku akan menggelontorkan sekira 2000 unit PDA tersebut langsung dari Taiwan.

Untuk diketahui, saat ini beredar 70 hingga 80 merek ponsel yang diklaim keluaran dalam negeri. Padahal sebenarnya impor dari negeri Tirai Bambu alias China. Kabarnya, hanya dengan modal seratus juta rupiah, maka pedagang bisa membawa sekoper ponsel yang siap ditempeli dengan merek sesuai selera nusantara. Sedangkan masalah kualitas dan purna jual, ditangung sendiri oleh konsumen.

Pemerintah sendiri sudah gerah dengan praktik semacam ini dan sedang membahas regulasi tentang tata niaga ponsel. Regulasi tersbut akan mengatur tentang ketentuan menjadi importir ponsel. ( techno.okezone.com )


IdeBagus - Web Design dan hosting untuk website Indonesia

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home