LIPI Gunakan Anti-Spam Open Source
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengaku menggunakan aplikasi anti-spam Open Source, SpamAssassin pada infrastrukturnya. Meski demikian, anggota LIPI sah-sah saja berkegiatan promosi.
LIPI menyatakan bahwa menggunakan sistem operasi dan piranti lunak Open Source untuk sistem komputernya. Ini termasuk penggunaan anti-spam SpamAssassin.
"Kami juga memakai Linux untuk seluruh layanan yang ada, mulai dari DNS, proxy, web, MX, webmail, hosting, FTP, sampai ke programming untuk seluruh situs layanan yang ada. Hanya ada beberapa server (4-5 buah) di satuan kerja yang berbasis Windows, karena di level tersebut penanganan diserahkan sepenuhnya ke Pengelola Lokal di satuan kerja," ujar L.T. Handoko dari Tim Gabungan Jaringan LIPI.
Namun Handoko juga mengakui bahwa ada civitas LIPI yang terlibat aktif dalam kegiatan promosi sebuah vendor anti-spam asing. "LIPI memberikan kebebasan kepada seluruh civitasnya untuk berkiprah dan berkontribusi aktif kepada masyarakat, tetapi tidak berarti semua aktivitas civitas tersebut merupakan representasi kebijakan LIPI," Handoko menjelaskan.
"Ini berbeda dengan Sdr. Hamam Riza dari Ipteknet yang merupakan representasi BPPT sebagai lembaga yang menangani kebijakan dan manajemen jaringan di BPPT. Khusus untuk hal-hal terkait kebijakan dan manajemen jaringan di LIPI, kewenangan ada di
Tim Gabungan Jaringan LIPI," Handoko melanjutkan.
Menurut Handoko, LIPI mengalokasikan anggaran lebih kurang Rp 4 Miliar per tahun untuk jaringan. "Tetapi ini meliputi seluruh biaya dari 47 satuan kerja yang tersebar mulai dari Lampung samapi dengan Biak. Alokasi biaya terbesar adalah untuk jaringan, karena seluruh satuan kerja tersebut terkoneksi via VPN untuk koneksi internet bersama," ia menjelaskan.
Koneksi tersebut, paparnya, dipakai untuk menghemat koneksi internet yang terpusat serta kebutuhan akan akses jurnal elektronik yang dilanggan bersama. "Termasuk juga untuk seluruh layanan publik berbasis web yang disediakan LIPI. Sebagai informasi, saat ini biaya jaringan di LIPI merupakan yang terendah dan terefisien sehingga menjadi acuan lembaga-lembaga lain saat implementasi atau perbaikan mutu jaringan mereka," Handoko menandaskan.
( detik.com )
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home